PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
MUCHLIS MINAKO : 10
422 029
PITRIANI
: 10 422 034
RAMAYANTI : 10 422 035
DOSEN PEMBIMBING :
DADANG, S.Ag,. S.IP,. M.Pd.I
FAKULTAS ADAB
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kerusakan bahan pustaka telah menjadi
bahan pembicaraan semenjak zaman Aristoteles(335 sebelum Masehi). Para
cendekiawan waktu itu seperti Aristoteles, Macedonia, Ausonins, dan Antiphanes
telah membuktikan bahwa berbagai jenis serangga tertentu adalah perusakan bahan
pustaka. Aristoteles menyatakan dalam buku yang ditulisnya tahun 335 sebelum
Masehi bahwa ikan perak adalah salah satu jenis serangga perusak buku yang
cukup hebat. Gangguan serangga itu tidak saja melanda perpustakaan, tetapi juga
lembaga-lembaga kearsipan dan museum. Keadaan itu membangkitkan semangat para
pustaka kerusakan bahan pustaka serta cara penanggulangannya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka
bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain.
Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam
lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur
barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu
saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi
perpustakaan.
BAB II
A. PENCEGAHAN
KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
Di
setiap perpustakaan pasti membutuhkan perawatan dan pencegahan bahan pustakannya.
bahan pustaka merupakan salah satu unsure yang sangat berpengaruh dalam sebuah
perpustakaan.
sehingga membutuhkan pelestarian dan perawatan
bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan bahan pustaka. Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya
kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui
faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan
pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan
lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan
racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan
menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan
bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak
ekonomi yang positif bagi perpustakaan.[1] Pencegahan
kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan
lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa
diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di
antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat
pemadam kebakaran.Berikut ini ada beberapa pengewasan untuk mencegah kerusakan
bahan pustaka:
1.
Pengawasan Kondisi Lingkungan
Selain manusia dan hewan, debu, jamur, zat kimia dan alam semesta juga bisa merusak bahan pustaka. Agar bahan pustaka tidak lekas rusak, setiap pustakawan harus mengetahui cara-cara merawat bahan pustaka. Karena itu, setiap pustakawan hendaknya mengetahui cara menyusun kembali dan mengangkut buku untuk dikembalikan ke rak, cara mengontrol buku yang dikembalikan oleh pembaca apakah pembaca merusakkan buku atau tidak. Mencegah masuknya binatang mengerat dan serangga ke perpustakaan juga merupakan hal penting yang harus diketahui seorang pustakawan. Begitu pula cara menghindari debu masuk ke perpustakaan cara, mengontrol suhu dan kelembapan ruangan.
Selain manusia dan hewan, debu, jamur, zat kimia dan alam semesta juga bisa merusak bahan pustaka. Agar bahan pustaka tidak lekas rusak, setiap pustakawan harus mengetahui cara-cara merawat bahan pustaka. Karena itu, setiap pustakawan hendaknya mengetahui cara menyusun kembali dan mengangkut buku untuk dikembalikan ke rak, cara mengontrol buku yang dikembalikan oleh pembaca apakah pembaca merusakkan buku atau tidak. Mencegah masuknya binatang mengerat dan serangga ke perpustakaan juga merupakan hal penting yang harus diketahui seorang pustakawan. Begitu pula cara menghindari debu masuk ke perpustakaan cara, mengontrol suhu dan kelembapan ruangan.
Tempatkan kapur
barus dan akar “loro setu” di antara buku-buku agar serangga segan
menghampirinya. Yang paling baik ialah menyediakan ruangan khusus untuk
perbaikan bahan pustaka dengan petugasnya sekaligus, sehingga kalau diperlukan
perbaikan bahan pustaka, dapat dikerjakan dengan cepat. Jangan menunggu
kerusakan menjadi lebih berat. Cepatlah bertindak, jagalah selalu kebersihan
dan kerapihan sehingga mengundang pembaca untuk memakai perpustakaan dengan
baik, dan bagi pustakawan sendiri akan semakin senang bekerja dengan baik.
2.
Penanganan Koleksi Bahan Pustaka
Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan, serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian. Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan. Pustakawan harus bisa berfikir lebih cepat cara mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur,oleh banjir,oleh api, dan oleh debu. Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur disarankan agar kelembaban udara ruangan harus dijaga tidak lebih dari 60% RH.
Kapur sirih, arang ,silicagel atau mesin penyerap uap air yang bernama DEHUMIDIFIER dapat digunakan untuk menyerap uap air. Pemeriksaan kelembaban udara ruangan dan pembubuhan obat anti jamur pada buku merupakan salah satu cara mencegah kerusakan bahan pustaka.
Pencegahan kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran, serta adanya aturan yang ketat misalnya dilarang merokok.
Fumigasi, Deasidifikasi, Llaminasi, dan Penjilidan
Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan, serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian. Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan. Pustakawan harus bisa berfikir lebih cepat cara mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur,oleh banjir,oleh api, dan oleh debu. Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur disarankan agar kelembaban udara ruangan harus dijaga tidak lebih dari 60% RH.
Kapur sirih, arang ,silicagel atau mesin penyerap uap air yang bernama DEHUMIDIFIER dapat digunakan untuk menyerap uap air. Pemeriksaan kelembaban udara ruangan dan pembubuhan obat anti jamur pada buku merupakan salah satu cara mencegah kerusakan bahan pustaka.
Pencegahan kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran, serta adanya aturan yang ketat misalnya dilarang merokok.
Fumigasi, Deasidifikasi, Llaminasi, dan Penjilidan
Agar bahan pustaka bebas dari penyakit,
kuman, serangga, jamur, dan lainnya, bahan pustaka perlu diasapkan dengan bahan
kimia tertentu yang disebut dengan fumigasi. Dalam mengadakan fumigasi
pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas
ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula
fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan
serta lama fumigasi. Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai
zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa
alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang
ini.
Menghilangkan Keasaman pada Kertas
Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya. Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan apakah bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet. Laminasi dan Enkapsulasi
Setelah kertas dihilangkan atau dikurangi sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali. Ada 2 cara laminasi yaitu laminasi dengan mesin dan dengan cara manual. Pertimbangan yang perlu diambil dalam melaminasi suatu bahan adalah bahan tersebut harus bersih dan dikurangi tingkat keasamannya. Cara lain selain laminasi adalah enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan fisik misalnya rapuh karena umur. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah kertas harus bersih, kering dan bebas asam.
Menghilangkan Keasaman pada Kertas
Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya. Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan apakah bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet. Laminasi dan Enkapsulasi
Setelah kertas dihilangkan atau dikurangi sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali. Ada 2 cara laminasi yaitu laminasi dengan mesin dan dengan cara manual. Pertimbangan yang perlu diambil dalam melaminasi suatu bahan adalah bahan tersebut harus bersih dan dikurangi tingkat keasamannya. Cara lain selain laminasi adalah enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan fisik misalnya rapuh karena umur. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah kertas harus bersih, kering dan bebas asam.
3.
Penjilidan
Mengenal Bahan Jilidan, buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas: segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan sebagainya. Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid. Perlengkapan penjilidan meliputi: pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas, gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya. Mutu kualitas jilid selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Bahan penjilid meliputi kertas, kain linen, perekat, benang dan kawat jahit. Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.
Menyiapkan Penjilidan dan Jenis-jenis Penjilidan
Sebelum dijilid, buku perlu dipersiapkan secara baik. Kekeliruan atau kekurangan dalam persiapan, dapat berakibat fatal dan mengecewakan. Juga merupakan pemborosan jika harus dijilid ulang. Persiapan penjilidan meliputi yaitu: penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka. Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki.
Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjilidan.
Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih:[2]
(1) jilid kaye,
(2) signature binding,
(3) jilid lem punggung,
(4) jilid spiral,
(5) jilid lakban.
Mengenal Bahan Jilidan, buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas: segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan sebagainya. Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid. Perlengkapan penjilidan meliputi: pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas, gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya. Mutu kualitas jilid selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Bahan penjilid meliputi kertas, kain linen, perekat, benang dan kawat jahit. Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.
Menyiapkan Penjilidan dan Jenis-jenis Penjilidan
Sebelum dijilid, buku perlu dipersiapkan secara baik. Kekeliruan atau kekurangan dalam persiapan, dapat berakibat fatal dan mengecewakan. Juga merupakan pemborosan jika harus dijilid ulang. Persiapan penjilidan meliputi yaitu: penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka. Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki.
Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjilidan.
Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih:[2]
(1) jilid kaye,
(2) signature binding,
(3) jilid lem punggung,
(4) jilid spiral,
(5) jilid lakban.
B.
BERBAGAI USAHA
PENCEGAHAN BAHAN PUSTAKA
Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang dilakukan
sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada
melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaanya. Usaha melakukan
pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa factor dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut :[3]
1.
Mencegah
kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia
Ternyata
manusia, baik petugas perpustakaan maupun pembaca dapat merupakan factor
perusak yang hebat. Banyak kerusakan yang bisa dihindari, jika kita mengetahui
cara pencegahannya, minsalnya saja agar kulit buku tidak leket antara yang satu
dan yang lain, janganlah menyusun buku di rak dengan padat. Sisakanlah 20% dari
lebar rak, agar buku-buku tidak berdempetan, serta bisa menampung jika ada
penambahan buku.
Begitu pula saat menegmas buku untuk
di kembalukan ke rak. Hindarilah memanggul buku banyak-banyak. Hal ini
berbahaya, Karen keberatan atau suatu hal, buku bisa berjatuhan dari genggaman
petugas, sehingga bisa merusak jilidan buku, atau berakibat robeknya bahan
pustaka. Sebaiknya b uku ditempatkan dan di susun rapi pada rak dorong atau rak
beroda, baru kemudian di kembalikan ke rak.
Adakan control
yang yang ketat pada pengembalian buku. Apakah pembaca membuat kerusakan atau
mengotori buku, sehingga semu buku yang ada di rak berstatus bersih dan baik,
siap dipakai. Kalau ada kerusakan kecil harap segera diperbaiki. Jangan menuggu
kerusakan menjadi demikian parah. Usahankan perpustakaan memiliki bagian
restorasi atau ruang untuk pelestarian dan pemeliharaan bahan pustaka, sehingga
jika sewaktu-wakti ada kerusakan bisa cepat diperbaiki. Secara periodic perlu
diadakan pemeriksaan keutuhan bahan pustaka dan hendaknya dipasang peraturan
penggunaan bahan pustaka.
2.
Kerusakan bahan
pustaka yang disebabkan oleh tikus
Tikus adalah jenis hewan pengerat
yang susah dibasmi. Usaha pembasmian yang bisa dilakukan manusia ialah dengan
memasang perangkap tikus. Cara itu sekarang telah terdesak oleh hadirnya
beberapa jenis racun dan lem untuk menangkap tikus. Pencegahan dan pembasmian
tikus dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut :[4]
1)
Melakukan
pemeriksaan secara teratur terhadap gedung, ruang, atau penyimpanan bahan
pustaka. Andai kata terdapat sarang atau lubang hendaknya sarang itu di
hancurkan dan lubangnya segera ditimbun dengan bahan sesuai.
2)
Kotoran atau
sisa-sisa makanan yang terdapat di dalam saluran air di sekitar tempat penyimpanan
bahan pustaka hendaknya dibuang.
3)
Menggunakan
berbagai jenis perangkap tikus.
4)
Menggunakan lem
penangkap tikus.
5)
Menggunakan
berbagai jenis racun seperti Racumin dan Kill Mouse.
6)
Merupakan
system emposan, yaitu memasang petasan berisi gas racun dalam lubang tikus yang
terdapat di sekeliling tempat penyimpanan bahan pustaka.
3.
Kerusakan yang
disebabkan oleh serangga.
Pemberantasan serangga dapat di tempah dengan cara-cara berikut:
Penyemprotan dengan menggunakan
bahan insektisida (bahan pembasmi serangga), penggunaan gas racun, penggunaan
system pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang,
jika pada lantai ubin muncul tanah giliran rayap, kita dapat menghamparkan
plastic di atasnya agar rayap tidak muncul ke permukaan lantai, tempatkan kapur
barus atau akar loro setu di belakang buku di rak.
PEMELIHARAAN
BUKU-BUKU
Dalam
rangka pengembangan perpustakaan sekolah perlu adanya peningkatan buku-buku
perpustakaan sekolah baik di tinjau dari segi kuantitasnya maupun kualitasnya. Guru/perpustakawan
harus selalu berusaha untuk mendapatkan tambahan buku-buku, baik
dengan cara membeli, pinjam atau tukar-menukar antar perpustakaan sekolah. Satu hal yang sering dilupakan oleh guru
pustakawan atau para pengelolah perpustakaan sekolah, yaitu dalam rangka
meningkatkan buku-buku mereka hanya berusaha mendapatkan tambahan buku-buku,
tetapi justru buku-buku yang telah tersedia tidak diurus atau di pelihara,
sehingga satu pihak mengusahakan tambahan buku-buku, sementara buku-buku yang
sudah ada cepat rusak dan akhirnya tidak berguna lagi. Lebih baik buku-buku itu
terbuat dari kertas, sehingga apabila di gunakan terus-menerus dengan tanpa
pemeliharaan akan mengalami kerusakan, alasannya kotor,sebagian halamanya ada
yang robek,sampulnya lepas, dan sebagian nya.
Dalam rangka kegiatan pemeliharaan buku-buku perpustakaan
sekolah ada dua kegiatan yaitu berusaha mencegah kemungkinan-kemungkinan
timbulnya kerusakan buku-buku dan membetulkan atau memperbaiki buku-buku
perpustakaan sekolah yang telah rusak.
1.
Mencegah kerusakan
Untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada buku. Pertama-tama harus mengetahui faktor-faktor apa yang biasanya dapat
merusak buku-buku kemudian bagaimana cara mencegahnya sehingga buku-buku tidak
mudah rusak. Ada dua faktor yang membuat buku-buku menjadi rusak.minsalnya,
pertama faktor manusia mencoret-coret halaman buku, pada waktu belajar di
perpustakaan sekolah sambil makan makanan kecil sehinggah mungkin sisa-sisanya
terjatuh kebuku yang sedang di baca. Kedua,
faktor alamiah misalnya kelembaban udara, air,api,jamur,debu,sinar
matahari,dan serangga.
2.
Perbaikan buku
Usaha
pencegahan seperti itu telah di jelaskan diatas pada dasarnya merupakan usaha
yang sifatnya preventif,dimana sebelum buku-buku rusak di lakukan usaha
pencegahannya. Usaha-usaha perbaikan buku bermacam-macam bergantung kepada
jenis kerusakan nya.
a.
Memperbaiki
buku-buku yang sedikit sobek
b.
Membaiki
buku-buku yang sebagian halamanya lepas
c.
Membaiki
buku-buku yang punggung nya rusak
d.
Memperbaiki
buku-buku yang rusak
e.
Menjilid
buku-buku yang jilidnya rusak
Dalam memperbaiki buku-buku yang rusak di perrlukan bahan-bahan dan
alat-alat.bahan-bahan yang perlu di persiapkan sebelumnya antara lain berupa
kertas AVS, kertas gesing, kertas mamer, karton tebal, line, benang. Misalnya
pada halaman buku yang sobek pada bagian bawah ditaruh kertas, kemudian dilekat
dengan lem khusus merupakan campuran acelat foil denga aceton, kemudian
dibiarkan sampai kering. Cara lain dengan menggunakan kertas tisu. Kertas tisu
dipotong lalu ditempelkan bersebelahan dengan halaman yang sobek dengan
menggunakan lem. Sesudah kering, kertas tisu dikikis.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pencegahan bahan
pustaka adalah bagaimana cara kita untuk mencegah bahan pustaka yang ada di
perpustakaan, supaya dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh manusia,
serangga dan lain-lain. Usaha pencegahan seperti itu telah di jelaskan diatas
pada dasarnya merupakan usaha yang sifatnya preventif,dimana sebelum buku-buku
rusak di lakukan usaha pencegahan. Usaha-usaha perbaikan buku bermacam-macam
bergantung kepada jenis kerusakan nya.
Untuk
mencegah terjadinya
kerusakan pada buku. Pertama-tama harus mengetahui faktor-faktor apa yang biasanya dapat
merusak buku-buku kemudian bagaimana cara mencegahnya sehingga buku-buku tidak
mudah rusak. Ada dua faktor yang membuat buku-buku menjadi rusak.minsalnya,
pertama faktor manusia mencoret-coret halaman buku, pada waktu belajar di
perpustakaan sekolah sambil makan makanan kecil sehinggah mungkin sisa-sisanya
terjatuh kebuku yang sedang di baca. Kedua,
faktor alamiah misalnya kelembaban udara, air,api,jamur,debu,sinar
matahari,dan serangga.
DAFTAR PUSTAKA
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka,
Jakarta: Universitas Terbuka. 1999.
Rahayuningsih dkk. 2007. Pengelolaan Perpustakaan, Yogyakarta : Graha Ilmu.
[2]http://media-dan-informasipreservasi.blogspot.com/2009/02/pencegahan- kerusakan-bahan-pustaka.html
[3] Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, (Jakarta:
1999), hlm., 68