Selasa, 10 April 2012

pencegahan kerusakan bahan pustaka


PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA





DISUSUN OLEH :

MUCHLIS MINAKO : 10 422 029
PITRIANI                    : 10 422 034
RAMAYANTI             : 10 422 035



DOSEN PEMBIMBING :
DADANG, S.Ag,. S.IP,. M.Pd.I



FAKULTAS ADAB
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kerusakan bahan pustaka telah menjadi bahan pembicaraan semenjak zaman Aristoteles(335 sebelum Masehi). Para cendekiawan waktu itu seperti Aristoteles, Macedonia, Ausonins, dan Antiphanes telah membuktikan bahwa berbagai jenis serangga tertentu adalah perusakan bahan pustaka. Aristoteles menyatakan dalam buku yang ditulisnya tahun 335 sebelum Masehi bahwa ikan perak adalah salah satu jenis serangga perusak buku yang cukup hebat. Gangguan serangga itu tidak saja melanda perpustakaan, tetapi juga lembaga-lembaga kearsipan dan museum. Keadaan itu membangkitkan semangat para pustaka kerusakan bahan pustaka serta cara penanggulangannya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan.










BAB II
A.    PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA 
Di setiap perpustakaan pasti membutuhkan perawatan dan pencegahan bahan pustakannya. bahan pustaka merupakan salah satu unsure yang sangat berpengaruh dalam sebuah perpustakaan.
 sehingga membutuhkan pelestarian dan perawatan bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan bahan pustaka.  Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan.[1] Pencegahan kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran.Berikut ini ada beberapa pengewasan untuk mencegah kerusakan bahan pustaka:
1.     Pengawasan Kondisi Lingkungan     
Selain manusia dan hewan, debu, jamur, zat kimia dan alam semesta juga bisa merusak bahan pustaka. Agar bahan pustaka tidak lekas rusak, setiap pustakawan harus mengetahui cara-cara merawat bahan pustaka. Karena itu, setiap pustakawan hendaknya mengetahui cara menyusun kembali dan mengangkut buku untuk dikembalikan ke rak, cara mengontrol buku yang dikembalikan oleh pembaca apakah pembaca merusakkan buku atau tidak. Mencegah masuknya binatang mengerat dan serangga ke perpustakaan juga merupakan hal penting yang harus diketahui seorang pustakawan. Begitu pula cara menghindari debu masuk ke perpustakaan cara, mengontrol suhu dan kelembapan ruangan.      
Tempatkan kapur barus dan akar “loro setu” di antara buku-buku agar serangga segan menghampirinya. Yang paling baik ialah menyediakan ruangan khusus untuk perbaikan bahan pustaka dengan petugasnya sekaligus, sehingga kalau diperlukan perbaikan bahan pustaka, dapat dikerjakan dengan cepat. Jangan menunggu kerusakan menjadi lebih berat. Cepatlah bertindak, jagalah selalu kebersihan dan kerapihan sehingga mengundang pembaca untuk memakai perpustakaan dengan baik, dan bagi pustakawan sendiri akan semakin senang bekerja dengan baik.
2.     Penanganan Koleksi Bahan Pustaka 
          Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan, serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian. Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.           
          Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan. Pustakawan harus bisa berfikir lebih cepat cara mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur,oleh banjir,oleh api, dan oleh debu. Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur disarankan agar kelembaban udara ruangan harus dijaga tidak lebih dari 60% RH.          
           Kapur sirih, arang ,silicagel atau mesin penyerap uap air yang bernama DEHUMIDIFIER dapat digunakan untuk menyerap uap air. Pemeriksaan kelembaban udara ruangan dan pembubuhan obat anti jamur pada buku merupakan salah satu cara mencegah kerusakan bahan pustaka.
Pencegahan kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran, serta adanya aturan yang ketat misalnya dilarang merokok.
Fumigasi, Deasidifikasi, Llaminasi, dan Penjilidan
        Agar bahan pustaka bebas dari penyakit, kuman, serangga, jamur, dan lainnya, bahan pustaka perlu diasapkan dengan bahan kimia tertentu yang disebut dengan fumigasi. Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi. Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini.                      
Menghilangkan Keasaman pada Kertas        
          Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya. Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan apakah bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet. Laminasi dan Enkapsulasi    
           Setelah kertas dihilangkan atau dikurangi sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali. Ada 2 cara laminasi yaitu laminasi dengan mesin dan dengan cara manual. Pertimbangan yang perlu diambil dalam melaminasi suatu bahan adalah bahan tersebut harus bersih dan dikurangi tingkat keasamannya. Cara lain selain laminasi adalah enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan fisik misalnya rapuh karena umur. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah kertas harus bersih, kering dan bebas asam.
3.     Penjilidan      
          Mengenal Bahan Jilidan, buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas: segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan sebagainya. Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid. Perlengkapan penjilidan meliputi: pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas, gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya. Mutu kualitas jilid selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Bahan penjilid meliputi kertas, kain linen, perekat, benang dan kawat jahit. Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.
Menyiapkan Penjilidan dan Jenis-jenis Penjilidan 
           Sebelum dijilid, buku perlu dipersiapkan secara baik. Kekeliruan atau kekurangan dalam persiapan, dapat berakibat fatal dan mengecewakan. Juga merupakan pemborosan jika harus dijilid ulang. Persiapan penjilidan meliputi yaitu: penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka. Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki.           
          Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjilidan.   
Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih:[2]           
(1) jilid kaye, 
(2) signature binding,
(3) jilid lem punggung,         
(4) jilid spiral,           
(5) jilid lakban.

B.    BERBAGAI USAHA PENCEGAHAN BAHAN PUSTAKA
Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang dilakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaanya. Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa factor dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :[3]
1.     Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia
Ternyata manusia, baik petugas perpustakaan maupun pembaca dapat merupakan factor perusak yang hebat. Banyak kerusakan yang bisa dihindari, jika kita mengetahui cara pencegahannya, minsalnya saja agar kulit buku tidak leket antara yang satu dan yang lain, janganlah menyusun buku di rak dengan padat. Sisakanlah 20% dari lebar rak, agar buku-buku tidak berdempetan, serta bisa menampung jika ada penambahan buku.
Begitu pula saat menegmas buku untuk di kembalukan ke rak. Hindarilah memanggul buku banyak-banyak. Hal ini berbahaya, Karen keberatan atau suatu hal, buku bisa berjatuhan dari genggaman petugas, sehingga bisa merusak jilidan buku, atau berakibat robeknya bahan pustaka. Sebaiknya b uku ditempatkan dan di susun rapi pada rak dorong atau rak beroda, baru kemudian di kembalikan ke rak.
Adakan control yang yang ketat pada pengembalian buku. Apakah pembaca membuat kerusakan atau mengotori buku, sehingga semu buku yang ada di rak berstatus bersih dan baik, siap dipakai. Kalau ada kerusakan kecil harap segera diperbaiki. Jangan menuggu kerusakan menjadi demikian parah. Usahankan perpustakaan memiliki bagian restorasi atau ruang untuk pelestarian dan pemeliharaan bahan pustaka, sehingga jika sewaktu-wakti ada kerusakan bisa cepat diperbaiki. Secara periodic perlu diadakan pemeriksaan keutuhan bahan pustaka dan hendaknya dipasang peraturan penggunaan bahan pustaka.
2.     Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh tikus
Tikus adalah jenis hewan pengerat yang susah dibasmi. Usaha pembasmian yang bisa dilakukan manusia ialah dengan memasang perangkap tikus. Cara itu sekarang telah terdesak oleh hadirnya beberapa jenis racun dan lem untuk menangkap tikus. Pencegahan dan pembasmian tikus dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut :[4]
1)     Melakukan pemeriksaan secara teratur terhadap gedung, ruang, atau penyimpanan bahan pustaka. Andai kata terdapat sarang atau lubang hendaknya sarang itu di hancurkan dan lubangnya segera ditimbun dengan bahan sesuai.
2)     Kotoran atau sisa-sisa makanan yang terdapat di dalam saluran air di sekitar tempat penyimpanan bahan pustaka hendaknya dibuang.
3)     Menggunakan berbagai jenis perangkap tikus.
4)     Menggunakan lem penangkap tikus.
5)     Menggunakan berbagai jenis racun seperti Racumin dan Kill Mouse.
6)     Merupakan system emposan, yaitu memasang petasan berisi gas racun dalam lubang tikus yang terdapat di sekeliling tempat penyimpanan bahan pustaka.
3.     Kerusakan yang disebabkan oleh serangga.
Pemberantasan serangga dapat di tempah dengan cara-cara berikut:
Penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisida (bahan pembasmi serangga), penggunaan gas racun, penggunaan system pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang, jika pada lantai ubin muncul tanah giliran rayap, kita dapat menghamparkan plastic di atasnya agar rayap tidak muncul ke permukaan lantai, tempatkan kapur barus atau akar loro setu di belakang buku di rak.

PEMELIHARAAN BUKU-BUKU
Dalam rangka pengembangan perpustakaan sekolah perlu adanya peningkatan buku-buku perpustakaan sekolah baik di tinjau dari segi kuantitasnya maupun kualitasnya. Guru/perpustakawan harus selalu berusaha untuk mendapatkan tambahan buku-buku, baik dengan cara membeli, pinjam atau tukar-menukar antar perpustakaan sekolah. Satu hal yang sering dilupakan oleh guru pustakawan atau para pengelolah perpustakaan sekolah, yaitu dalam rangka meningkatkan buku-buku mereka hanya berusaha mendapatkan tambahan buku-buku, tetapi justru buku-buku yang telah tersedia tidak diurus atau di pelihara, sehingga satu pihak mengusahakan tambahan buku-buku, sementara buku-buku yang sudah ada cepat rusak dan akhirnya tidak berguna lagi. Lebih baik buku-buku itu terbuat dari kertas, sehingga apabila di gunakan terus-menerus dengan tanpa pemeliharaan akan mengalami kerusakan, alasannya kotor,sebagian halamanya ada yang robek,sampulnya lepas, dan sebagian nya.
Dalam rangka kegiatan pemeliharaan buku-buku perpustakaan sekolah ada dua kegiatan yaitu berusaha mencegah kemungkinan-kemungkinan timbulnya kerusakan buku-buku dan membetulkan atau memperbaiki buku-buku perpustakaan sekolah yang telah rusak.
1.     Mencegah kerusakan
            Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada buku. Pertama-tama harus mengetahui faktor-faktor apa yang biasanya dapat merusak buku-buku kemudian bagaimana cara mencegahnya sehingga buku-buku tidak mudah rusak. Ada dua faktor yang membuat buku-buku menjadi rusak.minsalnya, pertama faktor manusia mencoret-coret halaman buku, pada waktu belajar di perpustakaan sekolah sambil makan makanan kecil sehinggah mungkin sisa-sisanya terjatuh kebuku yang sedang di baca. Kedua, faktor alamiah misalnya kelembaban udara, air,api,jamur,debu,sinar matahari,dan serangga.




2.     Perbaikan buku
Usaha pencegahan seperti itu telah di jelaskan diatas pada dasarnya merupakan usaha yang sifatnya preventif,dimana sebelum buku-buku rusak di lakukan usaha pencegahannya. Usaha-usaha perbaikan buku bermacam-macam bergantung kepada jenis kerusakan nya.
a.      Memperbaiki buku-buku yang  sedikit sobek
b.     Membaiki buku-buku yang sebagian halamanya lepas
c.      Membaiki buku-buku yang punggung nya rusak
d.     Memperbaiki buku-buku yang rusak
e.      Menjilid buku-buku yang jilidnya rusak
Dalam memperbaiki buku-buku yang rusak di perrlukan bahan-bahan dan alat-alat.bahan-bahan yang perlu di persiapkan sebelumnya antara lain berupa kertas AVS, kertas gesing, kertas mamer, karton tebal, line, benang. Misalnya pada halaman buku yang sobek pada bagian bawah ditaruh kertas, kemudian dilekat dengan lem khusus merupakan campuran acelat foil denga aceton, kemudian dibiarkan sampai kering. Cara lain dengan menggunakan kertas tisu. Kertas tisu dipotong lalu ditempelkan bersebelahan dengan halaman yang sobek dengan menggunakan lem. Sesudah kering, kertas tisu dikikis.






BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pencegahan bahan pustaka adalah bagaimana cara kita untuk mencegah bahan pustaka yang ada di perpustakaan, supaya dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh manusia, serangga dan lain-lain. Usaha pencegahan seperti itu telah di jelaskan diatas pada dasarnya merupakan usaha yang sifatnya preventif,dimana sebelum buku-buku rusak di lakukan usaha pencegahan. Usaha-usaha perbaikan buku bermacam-macam bergantung kepada jenis kerusakan nya.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada buku. Pertama-tama harus mengetahui faktor-faktor apa yang biasanya dapat merusak buku-buku kemudian bagaimana cara mencegahnya sehingga buku-buku tidak mudah rusak. Ada dua faktor yang membuat buku-buku menjadi rusak.minsalnya, pertama faktor manusia mencoret-coret halaman buku, pada waktu belajar di perpustakaan sekolah sambil makan makanan kecil sehinggah mungkin sisa-sisanya terjatuh kebuku yang sedang di baca. Kedua, faktor alamiah misalnya kelembaban udara, air,api,jamur,debu,sinar matahari,dan serangga.








DAFTAR PUSTAKA
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka, Jakarta: Universitas Terbuka. 1999.
Bafadal, Ibrahim. 2011. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara.
Rahayuningsih dkk. 2007. Pengelolaan Perpustakaan, Yogyakarta : Graha Ilmu.


[1]  Rahayuningsih dkk. 2007. Pengelolaan Perpustakaan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

[3] Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, (Jakarta: 1999), hlm., 68


NAMA : MUCHLIS MINAKO
NIM      10422029
.Komunikasi Antarbudaya
            Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
B. Hakikat Komunikasi Antarbudaya
Enkulturasi
Tarian adalah salah satu bentuk enkulturasi budaya yang ditransmisikan sejak kecil. Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita Cina dan Inggris yang berakulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya:
·       Fungsi Pribadi
  • Menyatakan Identitas Sosial
  • Menyatakan Integrasi Sosial
  • Menambah Pengetahuan
  • Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Fungsi Sosial
  • Pengawasan
  • Menjembatani
  • Sosialisasi Nilai
  • Menghibur
 Prinsip-Prinsip Komunkasi Antarbudaya
  •  terdapatnya golongan ningrat sebagai budaya yang tertinggi
hal ini terlihat dari adanya ketimpangan pemlihan calon gubernur yang mengharuskan dari keturunan darah biru.
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
  • Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
  • Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab.
  • Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit,.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil