Rabu, 04 Januari 2012

fililogi aisyah


Nama                           : Aisyah
Nim                              : 10 42 2002
Fak/Jur             : Adab / SKI-Ilmu perpustakaan A
M.kuliah                       : Filologi
Dosen Pembimbing       : Nyimas Ummi Kalsum. S.Ag, M.Hum

Deskripsi Naskah

                       


Judul Naskah
Mukhtasor bin Ali Jumroh lil bukhari

Tempat penyimpanan           
Perorangan dirumah Kgs.Abdullah bin Haji Mahmud bin Roni
Bertempat di Jl.K.H.Azhari 5ulu lr.Laksa No.27 Rt.01 Palembang.

Umur penyimpanan naskah
1972 M – Sekarang

Ukuran halaman
Panjang            : 25,1 cm
Lebar               : 17,2 cm

Jumlah halaman
320 halaman

Jumlah baris
31 baris

Panjang baris
12,5 cm

Huruf
5% tulisan arabnya menggunakan harokat
95% tulisan arabnya tidak menggunakan harokat

Bahasa
Menggunakan bahasa Arab

Kertas
Gambaran kertas          : agak tebal, coklat bergaris.
Kulitnya coklat, tebal dan sudah rapuh.

Cap kertas
Tidak terdapat cap kertas
Jumlah kuras
20 kuras

Keadaan naskah
Baik

Pengarang
Muhammad bin ali asy syafi’i asy-syinwani
Wafat tahun 1333 M

Penyalin
Misha al-babimaj’li wa auladihi

Tempat
Naskah ini dicetak dari Mesir pada tahun 1353 dan di Indonesia disalin oleh Abdullah bin Afif dan teman-temannya.

Pemilik Naskah
Nyayu Mariah Abdullah

Isi naskah
Kumpulan Hadist

Terjemah kitab“Mukhtashor Bayaan”

yang Diawasi dan Direkomendasi oleh:

Syaikhuna Yahya bin Ali Al-Hajury

حفظه الله تعالى
Kholifah Al – Mujaddid Al `Allamah

Muqbil Bin Hadi Al-Wadi`i

رحمه الله رحمة واسعة

Diterjemahkan oleh: Sebagian thullaab Darul Hadits Al- Indonisiyyiin

DAARUL HADITS DAMMAJ MUQODDIMAH
. Pasar atau Bazar Amal 158
HUBUNGAN ABDURROHMAN BIN MAR’I DENGAN ORANG-ORANG YANG MENGIKUTI HIZBYNYA 164بسم الله الرحمن الرحيم
MUQODDIMAH
إن الحمد لله نحمده و نستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئا ت أعمالنا من يهده الله فلا مضل
له ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليماً كثيراً.
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ _ [آل عمران/102]
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا_ [النساء/1]

+ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا_ [الأحزاب/70، 71]

فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى رسول الله صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
أما بعد.
dan taufiqNya kami berhasil menterjemahkan kitab :IDengan rohmat Alloh  “Muhktashor Bayan“ yang memang telah ditunggu-tunggu oleh ikhwah yang komitmen dengan manhaj salaf , dan yang memiliki rasa kecemburuan yang tinggi terhadap keutuhan dan kesinambungan “ Ma`had Darul Hadits Dammaj ” pusat dakwah salafiyah di dunia , sesuai dengan pengakuan orang yang mengerti , dan paham , dan memiliki penilaian yang jujur dan adil dengan hakekat dakwah salafiyah dewasa ini.
Adapun mereka yang tidak melihat secara langsung perkembangan dan keutuhan Darul Hadits , atau barangkali yang memiliki niat jahat , atau terkelabuhi oleh bualan dan syubhat para penjahat dakwah , atau terbawa emosional para pembawa bendera fitnah , atau orang yang memiliki hati hasad dan jauh dari istiqomah mereka akan mengatakan : Dammaj sekarang telah berubah , Dammaj hari ini bukan Dammaj kemarin , Dammaj tempat fitnah , Dammaj telah kosong dari ilmu dan akhlaq , Dammaj telah sirna keelokannya , Dammaj tinggal kenangan belaka dst.Maka kami katakan kepada mereka semua dengan firman Alloh

 كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا _ [الكهف/5]

“Sungguh besar (kedustaan) kalimat yang keluar dari mulut-mulut mereka , tidaklah mereka berkata kecuali kedustaan”.[ QS : Al Kahfi :5]
:IJuga firman-Nya

 فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ _ [غافر/62]

“ Kenapa kalian terpalingkan?“ [ QS : Ghofir :62]
Kenapa kalian tidak mengecek kabar terlebih dahulu(1)??, kenapa kalian berburuk sangka kepada tempat yang Alloh muliakan ??, kenapa kalian acuh tak acuh dengan rongrongan yang sedang diperbuat oleh para penjahat yang sesat untuk memusnahkan melenyapkannya ?? di mana rasa kecintaan kalian karena Alloh kepada sesama salafi untuk bahu-membahu mengusir para perusuh manhaj dan aqidah kita ??
Kalau kalian katakan : “Mereka bukanlah penjahat atau perusuh , dan bukan pula para penghasut yang memiliki niat jahat dan memiliki kedengkian dan hasad , akan tetapi kalianlah yang salah sangka dan terlalu semena-mena dan terburu-buru dalam menilai niatan saudaramu , lagi pula kami bersama para tetua yang membimbing kami dalam mengarungi lautan fitnah”, dan seterusnya dari alasan yang mereka buat , maka jawaban semua itu tertera dalam lembaran-lembaran keterangan yang ada dihadapan kita ini dengan penuh ilmiyah dan bukti kongkrit dan akurat yang menjadi pendobrak dinding talbisat , dan perobek tirai-tirai syubhat serta pencair keraguan yang selama ini tertutupi oleh kedustaan yang pekat.
Kami tahu bahwa apa yang kami usahakan akan mendapat beberapa sambutan
dari berbagai kelompok :
 Ada yang memberi sambutan positif dan merasa bersyukur dan memberi` sugesti atas usaha ini , karena dengan diterjemahkan buku ini memberi faedah besar bagi yang belum mampu memahami bahasa Arob , yang ingin mengetahui hakikat kenyataan yang ada.
 Ada yang merendahkan dan mencemooh serta mengkritik dengan pedas dari
berbagai sisi.Ada yang acuh tak acuh dan nggak urusan sama sekali dengan apa yang terjadi.
Ada yang bingung lagi bengong apa yang harus dia ucapkan dan perbuat.
 Ada yang pura-pura senang didepan umum tapi sebenarnya dia memendam` bara kedengkian dan kemarahan karena berbagai sebab , baik karena sebab masalah pribadi atau sok menjadikan masalahnya masalah manhaj.
Alhamdulillah kami -insya Alloh- tidak tergoyangkan dengan pujian atau cemoohan, karena yang kami harapkan cuma wajah Alloh semata.
Karena keterbatasan kemampuan kami dan sempitnya waktu di Dammaj yang sangat padat dengan kesibukan belajar dan ibadah , maka kami membagi pekerjaan ini kepada beberapa ikhwah yang memiliki kecemburuan lebih dari yang lainnya , dan inilah nama-nama mereka yang ikut andil dalam penyelesaian terjemahan ini, baik para penerjemah atau penulis atau yang membantu membacakan teks yang telah tetulis atau yang menyediakan sarana dan prasarana sampai terlaksananya usaha ini:
1)      – Abul Abbas Khodir Al-Mulky
2)       – Abu Abdilkarim Shubhan bin Abi Tholhah Al-Jawy
3)       – Abu Abdillah Adib Bin Ahmad Ad-Depoky Al-Jawy
4)      - Abu Abdillah Anwar Al-Ambony
5)      - Abu Abdillah Muhammad Bin Thobary Al-Brebesy
6)       – Abu Abdirrohman Shiddiq Bin Muhammad Arsyad Al-Bugisy
7)      – Abu Abdil Ghoni Abdul Wahid Al-Maliky As-Siagy Al-Jakarty
8)       – Abu Abdirrohman Irham Al-Maedany
9)      – Abu Abdirrohman Utsman As-Semarangy
10)  – Abu ‘Amr Ridwan Bin Zaky Al-Ambony
11)  – Abu Arqom Muslih Zarqony Al-Magetany
12)   – Abu Bakroh ‘Afif Bin Ahmad Al-Jawy
13)   – Abu Dujanah Amin Al-Ambony
14)   – Abu Fairuz Abdurrohman Bin Sukaya Al-Khudsyy
15)   – Abu Hudzaifah Habibi Al-Acehy
16)  – Abu Hudzaifah Hasan Al-Bugisy
17)  – Abul Husain Umair Al-Mulky
18)  – Abu Idris Muhammad Subhi Al-Lumajangy
19)   – Abu Ja’far Harits Al-Minangkabawy
20)  – Abu Jauhar Adam Bin Ahmad Al-Ambony
21)   – Abu Nafi’ Hakim Al-Malangy
22)  – Abu Saif Mufti Bin Khairi Bin Hasan Al-Jawy
23)  – Abu Sholih Mushlih Al-Madiuny
24)  – Abu Sulaim Sulaiman Al-Ambony
25)  – Abu Umar Ahmad Rifa’i Bin Mas’ud Al-Wonosoby
26)  – Abu Usamah Shofwan Al-Banjary
27)   – Abu Yusuf Abdul Malik Al-Ambony
28)  – Abu Zakariya Harits Al-Jabaly Al-Farombanany
29)  – Abul Fida Hisyam Bin Yusuf Al-Maliziy
30)   – Abul Hasan ‘Affan Al-Makassary
31)      Abul Husain Muhammad At-Tegaly
32)  Abul Mundzir Mujahid Al-Bugisy
33)   Abu Ahmad Sulaiman Al-Ambony
34)  Abu Umair Adin Al-Ambony
35)   Abu Abdillah Muhammad bin Umar Al-Acehy
36)  Abu Sholih Dzakwan Al-Maidany
37)  Abu Zaki Abdul A’la Al-Lamongany
Ini semua kami sebutkan bukan karena ingin dikenal para pembaca , atau dikenal ummat , atau niatan yang lainnya secara duniawi – na`udzu billah min dzaalik –akan tetapi kami ungkapkan ini semua karena rasa  atas karunia-Nya , dan sebagai tanggung jawabIsyukur kami kepada Alloh  kami di hadapan Alloh atas apa yang kami perbuat dan juga menapaki jejak salaf yang dengan terang-terangan menyebutkan identitas aslinya tanpa menyembunyikannya , tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sebangsa : Abu Mahfut , Abu Umar dan yang sejenis mereka.
Mungkin ada yang mengatakan nama-nama diatas adalah anak-anak kemaren sore yang belum mengenal liku-liku dakwah dan hanyalah mengekor kepada yang diatasnya saja.Kami jawab , Iya memang benar kami adalah anak-anak kemaren sore yang belum berpengalaman , akan tetapi apakah kebenaran dan pahala Alloh dan fadhilahNya hanya diperuntukkan orang-orang yang yang sudah ubanan atau bagi mereka-mereka yang – kami nggak tahu apa lawan kemaren sore – ??
 قال ” مثلكم ومثل أهل الكتابين كمثلrعن ابن عمر رضى الله عنهما عن النبى  رجل استأجر أجراء فقال من يعمل لى من غدوة إلى نصف النهار على قيراط فعملت اليهود ، ثم قال من يعمل لى من نصف النهار إلى صلاة العصر على قيراط فعملت النصارى ثم ، قال من يعمل لى من العصر إلى أن تغيب الشمس على قيراطين فأنتم هم ، فغضبت اليهود والنصارى ، فقالوا ما لنا أكثر عملا ، وأقل عطاء قال هل نقصتكم من حقكم قالوا لا . قال فذلك فضلى أوتيه من أشاء ” [رواه البخاري رقم: 2268]
 bersabda:”Perumpamaam kalian dengan duarDari Ibnu Umar ت dari Nabi  Ahlul kitab adalah seperti seorang yang mempekerjakan beberapa pekerja maka dia mengatakan :”Siapa yang akan bekerja dari pagi sampai pertengahan siang dengan upah satu qiroot maka orang Yahudi yang mengambilnya kemudian dia berkata:”Siapa yang mau bekerja dari tengah hari sampai shalat Ashar dengan upah satu qiroot maka orang Nashroni yang mengambilnya kemudain dia berkata :” Siapa yang mau bekerja untukku dari waktu Ashar sampai tenggelam matahari dengan upah dua qiroot maka kalianlah yang mengambilnya. Maka marahlah orang Yahudi dan Nashroni seraya berkata:”Kenapa kita lebih banyak kerja tapi upahnya lebih sedikit?Sang juragan berkata:”Apakah aku mengurangi hak kalian? Mereka jawab:”Tidak” Maka juragan itupun berkata:”Itu adalah keutamaanku yang aku berikan kepada yang aku kehendaki.[HSR.Bukhari 2268]
Adapun jawaban perkara kedua bahwa kami hanyalah pengekor , kami jawab sebagaimana perkataan sebagian salaf di antaranya : Ubaidillah bin Hasan , dan Hammad bin Zaid رحمهم الله dll :

لأن أكون ذنبا في الحق أحب الي من أن أكون رأسا في الباطل.
Sungguh seandainya aku menjadi ekor dalam kebenaran lebih aku sukai dari pada menjadi pemimpin dalam kesesatan . [ Lihat : Tahdzibul Kamal((ج 19 / ص 25 dan Siar `Alamun Nubala ((ج 5 / ص 233]
Sebelum kami akhiri muqoddimah ini, tak lupa kami ucapkan جزاكم الله خيرا kepada Ikhwah di Indonesia yang masih konsisten dengan kebenaran yang begitu terangnya , dan Insya Alloh akan semakin tambah terang setelah risalah ini tersebar , sebagian mereka itu adalah : Abu Hazim , Abu Usamah , Abu A`isyah Asnur , Abul Husain Muhammad Irwan , Fajar , Nafil Abu Arbah, Abdul Wahhab dan semua murid-murid mereka dan selain mereka yang ikut berpartisipasi dalam jihad ini seperti keluarga pak Arif , keluarga pak Nurdin , pak Alfi , Imron , Abu Yunus (alias Abu Intan) , keluarga Abu Yahya Ahmad Ibrohim dan lain-lainnya yang tidak  ,Ibisa kami sebut semua di sini, kami titipkan kalian kepada Alloh  dalam mengemban beban yang sangat berat ini, dan banyaklah berdoa meminta keteguhan jiwa, ketabahan dada , ketetapan kata , ketegaran  dalam menggapai sorga dan memandangIindra sampai bertemu Alloh  wajah-Nya.
Akhirnya kami memohon kepada Alloh keikhlasan dan kelurusan hati , kata dan perbuatan dhohir dan bathin dan menjadikan amalan ini untuk menggapai keridoan-Nya semata. Kalau ada kritik-sapa yang membangun atau teguran yang berarti , jangan kalian bakhil untuk menuturkannya , dan kami siap membenahi diri semampu kami Insya Alloh.

filologi


NAMA                                    :  MUCHLIS MINAKO
JURUSAN                              :  SKI PERPUSTAKAAN A
NIM                                        :   10 42 2029
MATA KULIAH                     :   FILOLOGI
DOSEN PEMBIMBING         :   NYIMAS UMI KALSUM. S.AG, M.HUM


        Foto-0422.jpg                 Foto-0430.jpg



Deskripsi Naskah

Judul Naskah
Muroqil Ubudiyah

Pengarang
Al-alim al-fadil wal warokot kamil syeh muhammad nawawi al-jawi penjelasan dari bidayatul hidayah ( Imam Ghozali )

Umur penyimpanan naskah
1972 M – Sekarang

Ukuran halaman
Panjang            : 26 cm
Lebar               : 18,6 cm

Jumlah halaman
103 halaman

Jumlah baris
36 baris

Panjang baris
12,5 cm

Huruf
Huruf arab gundul

Bahasa
Menggunakan bahasa Arab

Kertas
Gambaran kertas          : tipis, agak merah, bergaris kotak-kotak.
Kulitnya agak merah, tipis dan rapuh.

Cap kertas
Tidak terdapat cap kertas

Jumlah kuras
6 kuras

Keadaan naskah
Baik

Tempat
Di Indonesia pada bulan jumadil awal 1359

Tempat penyimpanan   
Perorangan dirumah Kgs.Abdullah bin Haji Mahmud bin Roni
Bertempat di Jl.K.H.Azhari 5ulu lr.Laksa No.27 Rt.01 Palembang.


Pemilik Naskah
Nyayu Mariah Abdullah

Isi Naskah
Menjelaskan tentang Tassawuf
Berikut sedikit penjelasaannya :

KITAB PENGAJARAN TASAWUF
Menurut daftar pengajaran Sufi murid-murid itu dibagi atas tiga golongan, sebagaimana kitab-kitab Sufi pun dibagi atas tiga golongan bagi masing-masing mereka. Pembagian golongan itu adalah
  1. pertama mubtadi, orang-orang yang baru mempelajari ilmu Syari'at, yang belum suci sama sekali hatinya dari pada ma'siat, ria, ujub, takabur dan ma'siat lahir yang lain,
  2. kedua mutawasith, orang-orang yang dianggap menengah, berada di tengah dalam mempelajari thariqat, tetapi hatinya belum suci semua daripada maksiat bathin, dan
  3. ketiga muntahi, orang-orang yang telah sangat lanjut, yang telah suci roh dan hatinya daripada ma'siat lahir dan bathin, dan telah suci pula ingatannya daripada selain Allah, yang biasanya dinamakan orang-orang arifin, telah sampai kepada ma'rifat.
Singkatnya, pPerbedaan tingkat pendidikan mereka adalah :
  1. Bagi tingkatan mubtadi, biasanya pendidikannya berupa pengantar menuju hakikat
  2. Bagi tingkatan mutawasith, biasanya pendidikan mereka adalah pendalaman hakikat dan pengantar bagi ilmu laduni
  3. Bagi tingkatan muntahi, biasanya pada tingkatan ini, mereka tidak lagi membutuhkan kitab. Mereka yang menulis kitab, karena mereka sudah berkecimpung dalam ilmu laduni.
Untuk golongan mubtadi dianjurkan membaca karangan-karangan Ghazali, seperti kitab "Bidayatul Hidayah", kitab "Minhajul Abidin" kitab "Arba'in fi Usuliddin", kitab "Sirus Salikin", yang merupakan keringkasan dari kitab Ihya karangan Ghazali, kitab "Ihya Ulumuddin", semuanya adalah karangan Imam Ghazali. Banyak lagi kitab-kitab Ghazali yang dianjurkan, baik dalam bentuk keringkasan maupun dalam bentuk perluasannya, mukhta- sar atau syarh dan hasyiah, karena kitab-kitab Ghazali itu banyak mendapat pujian dari ulama-ulama Sufi. Kata Syeikh Husen Faqih : "Kitab-kitab Imam Ghazali itu adalah laksana obat menghilangkan racun-racun yang ada pada orang jahil dan orang mubtadi terselip dalam jiwanya, selain daripada itu juga bermanfa'at untuk menjaga serta mengawasi ulama-ulama yang mengaji ilmu zahir (ilmu fiqh atau syari'at), begitu juga dapat menuntun orang-orang yang menjalankan ilmu tharekat, tidak kurang berfaedah bagi orang-orang yang muntahi, yang arifin, yang muqarrabin, yang mencari jalan kepada Tuhan, walaupun kepada golongan terakhir ini sangat dianjurkan memakai kitab-kitab Syaziliyah, karena lebih banyak mengandung ilmu rahasia yang pelik-pelik mengenai hati, atau kitab-kitab Ibn Arabi, karena di dalamnya banyak terdapat perkara-perkara yang bersangkutan dengan zauq, wujdan manazilah, maqamat dan ihwal.
            Untuk tingkat pertama itu dianjurkan juga memakai kitab "Qutul Qulub", karangan Abu Thalib Al-Makki, kitab "Risalah Al-Qusyairi", karangan Abul Qasim Al-Qusyairi, lebih baik yang telah dikomentari oleh Zakaria Al-Ansari, begitu juga kitab "Al-Ghaniyah", karangan Abdul Qadir Al-Jilani, kitab "Awariful Ma'arif", oleh Umar Suhrawardi, Adabul Muridin" oleh Muhammad bin Habib Suhrawardi, "Mafatihul Fallah" oleh Ibn Atha'illah, "Futuhatul Ilahiyah" oleh Zakaria Al-Ansari, dan banyak lagi kitab-kitab lain karangan Sya'rani, Mabtuli, Qasim Al-Halabi, Ibn Umar, Al-Marsafi, Al-Qusyasyi, Al-Kurani, Al-Idrus, An-Naqsyabandi, Al-Haddad, Al-Bakri, mengenai thariqat, As-Samman Al- Madani, Abdur Rauf bin Ali Al-Jawi Al-Fansuri, yang bermacam- macam namanya dan bermacam-macam pula isinya, ada yang mengenai kejiwaan, ada yang mengenai akhlak, ada yang mengenai thariqat, ada yang mengenai khalawat, pelajaran dan mauizah dan sebagainya.
Di antara kitab-kitab yang dianjurkan dipelajari oleh golongan Sufi tingkat kedua mutawassith kebanyakan mengenai ilmu thariqgat, mengenai suluk, mengenai zikir dan wirid, mengenai roh dan kehidupan wali-wali, mengenai zauq dan maqam ma'rifat, mengenai tahqiq dan lain-lain yang leb.h pelik dan lebih sukar dari kitab-kitab untuk tingkat pertama. Misalnya "Kitab Hikam", karangan Ibn Atha'illah As-Sakandari Asy-Syazili, yang dikomentari oleh Ibn Ibad, begitu juga komentar atas kitab itu yang diperbuat oleh Ahmad Al-Marzuku dan komentar karangan An-Nagsyabandi dan Ahmad Al-Qusyasyi serta banyak komentar-komentar lain yang tebal-tebal dan sulit-sulit, selanjutnya juga dipergunakan karangan Ibn Atha'illah itu, yang bernama "At-Tanwir fi Isgatid Tadbir" dan karangannya, yang bernama "Latha'iful Minan", dengan segala syarah dan hasyiyahnya. Begitu juga dianjurkan mempergunakan kitab-kitab Hikam karangan Abi Madiyah, yang dikomentari oleh Ibn Allan, karangan Ibn Ruslan dengan komentar dari Syeikh Islam Zakaria Al-Ansari, yang bernama "Fathurrahman" dan dengan komentar Ahmad Ibn Allan, begitu juga dengan komentar An-Nablusi, selanjutnya kitab "Futuhul Ghaib", karangan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, kitab "Al-Kibrit" karangan Qutub Al-Idrus, kitab "AI-Masabir", karangan Suhrawardi, begitu juga kitab "Al-Jawahir wal Bawasit", karangan Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani, "Risalah Qawaninul Ahkam wal Asyrat ilas Sufiyah", karangan Abul Mawahib Asy-Syazili, komentar "Qasidah", karangan Ibn Allah, kitab "Mi'rajul Arwah", karangan As-Saqqaf, kitab "Jawahirul Khams", karangan Al-Ghaus, dengan syarah-syarahnya, kitab "Fusulut Tahiyah", karangan Bafadhil, kitab "MiftahulMu'iyah fit Tharikah Nigsyabandiyah", karangan Abdul Ghani An-Nablusi dengan beberapa komentar dan silsilah, ki- tab "Dhiya'us Syamsi alal Fathil Qudsi", karangan Mustafa AI- Bakri, kitab "Asrarrul Ibadat", karangan Syeikh Muhammad Samman, dan kitab-kitab yang lain karangan ulama Sufi ini dengan bermacam-macam syarahnya.
Golongan yang ketiga, yang dinamakan golongan muntahi, golongan yang dianggap tingkat pengajarannya sudah sampai kepada ilmu hakikat, yang acap kali digelarkan dengan nama arifin, dianjurkan membaca kitab-kitab yang berisi ilmu laduni, ilmu ma'rifat terhadap Tuhan, ilmu yang sudah mencapai tingkat ainul ya- kin dan hakkul yakin, seperti kitab-kitab karangan Syeikh Muhyidin Ibn Arabi, seperti kitab "Fusulul Hikam", dengan syarah An-Nablusi, dan dengan syarah Syeikh Ali Al-Muhayimi, selanjutnya kitab Ibn Arabi, yang bernama "Mawaqi'un Nujum" dan Fatuhatul Makkiyah" dengan komentar yang aneka warnanya. Begitu juga dianjurkan membaca kitab-kitab "Insanul Kamil", karangan Syeikh Abdul Karim Al-Jairi, kitab "Sirrul Masun", karangan Imam Ghazali, begitu juga kitabnya yang bernama "Misykatul Anwar" dan "AI-Maqsadul Aqsha", dan kitab-kitab yang lain karangan Imam Ghazali mengenai masalah-masalah ilmu hakikat, sabar dan syukur, mahabban, mengenai tauhid, mengenai tawakkul dan lain-lainnya, yang meskipun sudah dibicarakan dalam kitab Ihya, tetapi diperluas dan diperdalam pembicaraannya dalam karangan-karangan yang tersendiri.
Di antara kitab-kitab yang dianjurkan juga untuk golongan ini ialah kitab "Tuhfatul Mursalan", yang membicarakan martabat tujuh, karangan Fadhullah Al-Hindi, dengan Syarah-syarahnya oleh Al-Kurdi, Al-Madani, yang membuat komentar bernama "Tahyatul Mas'alah", begitu juga kitab yang bernama "Idhahul Maqsud", mengenai ma'na wihdatul wujud, dan banyak lagi kitab kitab yang lain mengenai masalah cahaya suci karangan Sya'rani, mengenai kasyful hijab dan asrar, pembukaan hijab dan rahasia, mengenai masalah jin, mengenai cermin hakikat oleh Al-Qusyasyi, mengenai ruhul qudus oleh bermacam-macam wali, begitu juga kitab yang sangat dianjurkan, bernama "Jawahirul Haqa'iq, karangan Syeikh Syamsuddin bin Abdullah As-Samathrani, "Sumatra Aceh", mengenai masalah wihdatul wujud, di antara kitab yang bernama "Idhahul Bayan fi tahqiqi masa'ilil A'yan", karangan Abdur Rauf Al-Fansuri (dari Singkil Aceh, Sumatra), dan kitab-kitab lain yang sekian banyaknya mengenai ilmu hakikat, thariqat dan ma'rifat, yang tidak kita sebutkan di sini karena sangat memanjang pembicaraan.
Ditegaskan, bahwa mempelajari segala ilmu hakikat itu yaitu ilmu yang bersangkut-paut dengan zat, sifat dan af'al Tuhan dalam segala alamnya, dalam alam roh, dalam alam misal, dan dalam alam ajsam dengan masalah yang pelik-pelik dan sukar itu, ialah sesudah murid-murid itu mempunyai pengetahuan tentang Syari', yang zahir, seperti ilmu tauhid dan usuluddin, ilmu fiqh dan lain-lain, dan mempunyai ilmu syari'at seperti ilmu tasawuf dan akhlak. Orang Sufi menghukumkan haram mempelajari ilmu hakikat ini, sebelum seseorang mengetahui ilmu syari'at zahir dan bathin itu. Maka oleh karena itu banyak guru melarang murid-muridnya membaca kitab-kitab mengenai hakikat, sebelum datan pada waktunya.
Tetapi sesudah dianggap datang masanya, maka sangat dianjurkan membaca kitab-kitab itu, seperti yang pernah dikemukakan oleh Al-Jili, bahwa banyak sekali pada masanya orang-orang Arab, Persi, Hindi, dan Turki membaca kitab-kitab mengenai ilmu hakikat itu, dan jika pembacaannya itu akan membawa kepada amalnya, dan menggiatkan ia berbuat ibadat serta melawan hawa nafsunya, maka sampailah ia kepada tujuannya menjadi orang-orang tingkat arifin dan mursyid yang kamil. Apakah kitab-kitab itu harus dipelajari memakai guru? Pertanyaan ini dijawab oleh Syeikl Mustafa Al-Bakri dalam kitabnya "AI-Ka'sur Raqiq", bahwa ha yang demikian itu tidak perlu, mereka tidak perlu memakai guru, karena dalam tingkat muntahi ini orang-orang itu dianggap sudah layak membaca sendiri, karena mereka sudah merupakan orang salih, orang yang sudah mencapai martabat yang tinggi sebagaimana pernah diterangkan oleh Ibn Arabi dalam kitabnya "Mawaqi'in Nujum".
Orang Sufi menganggap suatu fadhilat, suatu amal yang tinggi nilainya mempelajari ilmu-ilmu Sufi itu, karena ketinggian nilai ilmu-ilmu itu kitab-kitabnya.